Cari Blog Ini

Minggu, 28 Oktober 2012

Cara Membersihkan Karburator

Mesin tersendat-sendat bisa jadi dari busi atau bahan bakar nya. Kalau problem nya busi, pada rpm tinggi mesin baru tersendat-sendat. Jika problem nya dari bahan bakar, mesin tersendat-sendat mulai dari rpm menengah hingga puncak. Problem bahan bakar ini bisa jadi terdapat kotoran pada karburator atau memang bahan bakar yang digunakan berkualitas di bawah standar. Berikut cara membersihkan karburator dari kotoran yang menggangu kerja karburator tersebut.
1. Lepas karburator dari dudukan nya.
Lepaskan karbu dari manifold / dudukannya.


2. Buka mangkuk karbu dan bersihkan.
Buka mangkuk karbu dan lihat endapan yang terbentuk atau ada kontaminasi air di dalam mangkuk. Bersihkan menggunakan kuas dan bilas dengan bensin kembali agar mangkuk menjadi bersih.


3. Lepas pilot jet dan bersihkan.
Lepaskan pilot jet dan bersihkan dengan cara meniup lubang sekuat-kuatnya. (gunakan kompresor)


4. Lepas main jet dan bersihkan.
Lepaskan main jet dan bersihkan dengan cara meniup lubang sekuat-kuatnya. (gunakan kompresor)


5. Lepas needle jet dan bersihkan.
Lepaskan needle jet dan bersihkan dengan cara meniup lubang sekuat-kuatnya. Bersihkan badan karburator dan tiup lubang-lubang pada moncong karburator agar tidak ada kotoran yang menyumbat aliran udara. (gunakan kompresor)


6. Rakit kembali dan pasangkan ke dudukannya.
Semua telah selesai dan saatnya merakit kembali karburator. Jangan lupa menyetel setelan campuran bahan bakar kembali.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Bedah Teknologi Injeksi DCP-FI Suzuki Shogun 125


Balik lagi ke DCP-FI. Keistimewaan teknologi injeksi Suzuki ini adalah digabungkannya beberapa komponen dari injector, fuel pump dan regulator menjadi satu. Jadi di dalam tangki bahan bakar tidak ada lagi yang namanya fuel pump juga regulator. Perbandingan dengan injektor konvensional bisa dilihat pada gambar di bawah ini. 
Karena digabungkannya ketiga komponen ini, jadi lebih ringkas karena tidak membutuhkan fuel pump di tangki. Selain itu aliran bensin dari tangki tidak memerlukan tekanan yang terlalu besar, bahkan saat bensin turun terbantu oleh gravitasi. Hal ini dapat meringankan kerja fuel pump.
Tekanan bahan bakar di selang dari tangki pun bukan yang bertekanan tinggi, jadi lebih safety. Khususnya bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan seperti selang bensin lepas ketika mesin masih menyala, bensin tidak langsung menyembur keluar.
Posisinya, perangkat DCP ini diletakan mirip dengan posisi kebanyakan injector tipe indirect injection yaitu ada di intake manifold. Dan untuk aplikasi teknologi ini, Suzuki memilih menggunakan perangkat DCP buatan Mikuni.
DCP-FI lebih simpel menggabungkan injector, fuel pump dan regulator Satu-satunya kelemahan pada DCP-FI adalah, ketika terjadi kerusakan salah satu komponen, bisa injector, fuel pump atau regulator, harus dilakukan secara assy. Tidak bisa terpisah masing-masing komponen. Tapi sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, mengingat umur komponen ini cukup panjang hingga bertahun-tahun.
Selain DCP, Suzuki juga sudah sejak dulu melengkapi sistem injeksinya dengan sensor yang lengkap. Totalnya ada 7 sensor dan 4 perangkat actuator. Sensornya terdiri dari Engine Temperatur Sensor (ET), Intake Air Pressure Sensor (IAP), Intake Air Temperature Sensor (IAT), Throttle Position Sensor (TPS) juga Crank Position Sensor (CPS) dan Tip-Over Sensor (TO)
Selain itu dilengkapi pula dengan Heated Oxygen Sensor (HO2), atau biasa disebut dengan O2 sensor. Bedanya, O2 sensor pada motor ini bisa bekerja lebih cepat. O2 sensor itu hanya bekerja maksimal ketika suhu sensornya sudah berada di kisaran 80 derajat celcius. Pada Suzuki Shogun, O2 sensornya dilengkapi heater atau pemanas agar cepat mencapai suhu tersebut. 
Sensor O2 berukuran lebih besar (kiri), ECM ada di boks bagasi bawah jok
Suzuki juga melengkapi motornya dengan Tip-Over Sensor (TO) yaitu sensor yang mampu membaca kemiringan motor. Ketika motor jatuh dan posisinya lebih dari 65 derajat maka secara otomatis sistem injeksi akan dimatikan dan mesin mati. Pada beberapa sepeda motor baru seperti Honda Vario Techno 125 atau Yamaha Mio J, fitur ini malah dihilangkan.
Lanjut ke komponen actuator. Pada Suzuki Shogun 125 FI sama seperti motor-motor lainnya. Yaitu Engine Control Module (ECM) sebagai otak yang menerima input data dari sensor lalu memberikan perintah pada injector. Berikutnya adalah DCP system dan injector. 
Dan yang terakhir adalah idle speed control (ISC), fungsinya untuk menjaga langsam mesin. Caranya, ECM akan mengatur katup ISC untuk menambah atau mengurangi jumlah udara yang masuk ke intake saat gas ditutup dan ketika mesin masih dingin. Pada pagi hari, fungsinya menggantikan choke.
Nah, dengan DCP-FI, Heated Oxygen Sensor dan konsisten mengaplikasikan sensor kemiringan motor atau Tip-Over Sensor, sistem injeksi pada Suzuki Shogun ini jadi salah satu yang paling canggih. Sayang, versi injeksi pada Suzuki Suzuki Shogun 125 FI ini sudah discontinue.

Sistem Pelumasan Mesin Suzuki Nex Dua Kali Penyaringan


Dua kali disaring agar oli lebih bersih
Di skubek Suzuki, nex adalah matik pertama yang usung rantai keteng di sebelah kiri. Padahal tipe sebelumnya, part ada di kanan. Sehingga efek dari perubahan konstruksi tadi bukan cuma meringankan bobot mesin, tapi juga ubah komponen lain.
Perubahan posisi rantai keteng dan konstruksi crankcase juga membuat volume oli makin sedikit. Kini valume oli mesin hanya 650 ml. Untungnya sistem sirkulasi pelumasan Suzuki nex termasuk aman. 
Meskipun kapasitas oli di dalam mesin minim, tapi proses penyaringan kotoran terbukti bagus. Sebab selain didukung filter oli tipe kertas yang terpasang di samping kiri crankcase, di dalam mesinnya pun juga dilengkapi filter tipe kawat kasa. Proses penyaringan pertama, oli di bak karter diisap pompa oli disaring filter kawat kasa yang terpasng di tutup pembuangan oli. Lalu aliran oli tadi masuk kembali ke ruang filter kertas, sebelum semua dialirkan ke seluruh komponen. Penyaringan terjadi 2 kali.
Malah kini, keuntungannya untuk melepas keteng jadi lebih mudah. Biasanya bagian mesin terutama blok silindernya mesti dilepas agar leluasa. Kini tanpa harus bongkar sebagian mesin, di rumah CVT skubek ini dilengkapi ruang khusus. Supaya mudah melakukan penggantian atau pemasangannya. Hanya saja, komponen di rumah CVT mesti dilepas sebagian.

Kamis, 11 Oktober 2012

Sistem Pengapian AC

Sistem pengapian kondensator (kapasitor) atau CDI (bahasa Inggris: Capacitor Discharge Ignition) merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari kondensator, guna mencatudaya Kumparan pengapian (ignition coil).
Pada Sistem pengapian magneto terdapat beberapa kekurangan, yaitu:
  1. Kumparan pengapian yang dipakai haruslah mempunyai nilai Induktansi yang besar, sehingga unjuk kerjanya di putaran tinggi mesin kurang memuaskan.
  2. Bentuk fisik kumparan pengapian yang dipakai relatif besar.
  3. Pemakaian kontak pemutus (breaker contact) menuntut perawatan dan penggantian komponen tersendiri.
  4. Membutuhkan Pencatu daya yang mempunyai keluaran dengan Beda potensial listrik yang relatif rendah dan Kuat arus listrik yang relatif besar. Hal ini menuntut pemakaian komponen penghubung yang mempunyai nilai Resistansi serendah mungkin.
Walaupun pada nantinya dikembangkan Sistem pengapian transistor atau TSI (Transistorized Switching Ignition) atau TCI (Transistor Controlled Ignition) yang menggunakan transistor untuk menggantikan kontak pemutus, perlahan-lahan kurang diminati seiring dengan kemajuan teknologi.

Cara kerja

Awalnya sebuah pencatu daya akan mengisi muatan pada kondensator dalam bentuk Arus listrik searah sampai mencapai beberapa ratus volt. Selanjutnya sebuah pemicu akan diaktifkan untuk menghentikan proses pengisian muatan kondensator, sekaligus memulai proses pengosongan muatan kondensator untuk mencatudaya kumparan pengapian melalui sebuah Saklar elektronik.
Karena bekerja dengan secara elektronik, sebagian besar komponennya merupakan komponen-komponen elektronik yang ditempatkan pada Papan rangkaian tercetak atau Printed Circuit Board (PCB), lalu dibungkus dengan bahan khusus agar terlindungi dari kotoran, uap, cairan maupun panas. Banyak orang yang menyebutnya modul CDI (CDI module), kotak CDI (CDI box), atau "CDI" saja.
Berdasarkan pencatu dayanya, sistem pengapian CDI terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik (dinamo AC/alternator).
  2. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Aki).
Awalnya sebuah pencatu daya akan mengisi muatan pada kondensator dalam bentuk Arus listrik searah sampai mencapai beberapa ratus volt. Selanjutnya sebuah pemicu akan diaktifkan untuk menghentikan proses pengisian muatan kondensator, sekaligus memulai proses pengosongan muatan kondensator untuk mencatudaya kumparan pengapian melalui sebuah Saklar elektronik.
Karena bekerja dengan secara elektronik, sebagian besar komponennya merupakan komponen-komponen elektronik yang ditempatkan pada Papan rangkaian tercetak atau Printed Circuit Board (PCB), lalu dibungkus dengan bahan khusus agar terlindungi dari kotoran, uap, cairan maupun panas. Banyak orang yang menyebutnya modul CDI (CDI module), kotak CDI (CDI box), atau "CDI" saja.

Bagian-bagian sistem pengapian

Berikut bagian-bagian yang bisa ditemui (atau mungkin beberapa diantaranya kadang-kadang tidak dipakai karena sesuatu hal) di dalam suatu sistem pengapian CDI:
  1. Kumparan pengisian (charging coil).
  2. Kumparan pemicu (trigger/pulser coil).
  3. Penyearah (rectifier).
  4. Baterai (battery).
  5. Sekering (fuse).
  6. Kunci kontak (contact switch).
  7. Kondensator (capacitor).
  8. Saklar elektronik (electronic switch).
  9. Pengatur/penyetabil tegangan (voltage regulator/stabilizer).
  10. Transformator penaik tegangan (voltage step up transformer).
  11. Pengubah tegangan (voltage converter/inverter).
  12. Pelipat tegangan (voltage multiplier).
  13. Kumparan pengapian (ignition coil).
  14. Kabel busi (spark plug cable).
  15. Busi (spark plug).
  16. Sistem pengawatan (wiring system).
  17. Jalur bersama (common line).