Balik lagi ke DCP-FI. Keistimewaan teknologi injeksi Suzuki ini adalah
digabungkannya beberapa komponen dari injector, fuel pump dan regulator
menjadi satu. Jadi di dalam tangki bahan bakar tidak ada lagi yang
namanya fuel pump juga regulator. Perbandingan dengan injektor
konvensional bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Karena digabungkannya ketiga komponen ini, jadi lebih ringkas karena
tidak membutuhkan fuel pump di tangki. Selain itu aliran bensin dari
tangki tidak memerlukan tekanan yang terlalu besar, bahkan saat bensin
turun terbantu oleh gravitasi. Hal ini dapat meringankan kerja fuel
pump.
Tekanan bahan bakar di selang dari tangki pun bukan yang bertekanan
tinggi, jadi lebih safety. Khususnya bila terjadi kejadian yang tidak
diinginkan seperti selang bensin lepas ketika mesin masih menyala,
bensin tidak langsung menyembur keluar.
Posisinya, perangkat DCP ini diletakan mirip dengan posisi kebanyakan
injector tipe indirect injection yaitu ada di intake manifold. Dan untuk
aplikasi teknologi ini, Suzuki memilih menggunakan perangkat DCP buatan
Mikuni.
DCP-FI lebih simpel menggabungkan injector, fuel pump dan regulator
Satu-satunya kelemahan pada DCP-FI adalah, ketika terjadi kerusakan
salah satu komponen, bisa injector, fuel pump atau regulator, harus
dilakukan secara assy. Tidak bisa terpisah masing-masing komponen. Tapi
sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, mengingat umur komponen ini
cukup panjang hingga bertahun-tahun.
Selain DCP, Suzuki juga sudah sejak dulu melengkapi sistem injeksinya
dengan sensor yang lengkap. Totalnya ada 7 sensor dan 4 perangkat
actuator. Sensornya terdiri dari Engine Temperatur Sensor (ET), Intake
Air Pressure Sensor (IAP), Intake Air Temperature Sensor (IAT), Throttle
Position Sensor (TPS) juga Crank Position Sensor (CPS) dan Tip-Over
Sensor (TO)
Selain itu dilengkapi pula dengan Heated Oxygen Sensor (HO2), atau biasa
disebut dengan O2 sensor. Bedanya, O2 sensor pada motor ini bisa
bekerja lebih cepat. O2 sensor itu hanya bekerja maksimal ketika suhu
sensornya sudah berada di kisaran 80 derajat celcius. Pada Suzuki
Shogun, O2 sensornya dilengkapi heater atau pemanas agar cepat mencapai
suhu tersebut.
|
Sensor O2 berukuran lebih besar (kiri), ECM ada di boks bagasi bawah jok |
Suzuki juga melengkapi motornya dengan Tip-Over Sensor (TO) yaitu sensor
yang mampu membaca kemiringan motor. Ketika motor jatuh dan posisinya
lebih dari 65 derajat maka secara otomatis sistem injeksi akan dimatikan
dan mesin mati. Pada beberapa sepeda motor baru seperti Honda Vario
Techno 125 atau Yamaha Mio J, fitur ini malah dihilangkan.
Lanjut ke komponen actuator. Pada Suzuki Shogun 125 FI sama seperti
motor-motor lainnya. Yaitu Engine Control Module (ECM) sebagai otak yang
menerima input data dari sensor lalu memberikan perintah pada injector.
Berikutnya adalah DCP system dan injector.
Dan yang terakhir adalah idle speed control (ISC), fungsinya untuk
menjaga langsam mesin. Caranya, ECM akan mengatur katup ISC untuk
menambah atau mengurangi jumlah udara yang masuk ke intake saat gas
ditutup dan ketika mesin masih dingin. Pada pagi hari, fungsinya
menggantikan choke.
Nah, dengan DCP-FI, Heated Oxygen Sensor dan konsisten mengaplikasikan
sensor kemiringan motor atau Tip-Over Sensor, sistem injeksi pada Suzuki
Shogun ini jadi salah satu yang paling canggih. Sayang, versi injeksi
pada Suzuki Suzuki Shogun 125 FI ini sudah discontinue.